Entah angin apa yang membawa rasa penasaran di balik bilik The Foundry N0.8 SCBD
(24/3/15). ‘+timeless’,
launching album rilisan Rumahsakit dengan lead vokal
yang baru. Ternyata magnet dari
single
3:56 yang begitu kuat membawa rasa penasaran itu.
Single 3:56 dalam video clip-nya yang bisa dilihat di
@_rumahsakit/youtube, nuansa perjalanan di dalam kota entah tujuannya kemana
dari langit gelap hingga pagi menyapa, ada sajian grafis angka 0:00 berubah sesuai
dengan detik dalam menit sampai akhir lagu dan penggalan-penggalan lirik cirikhas Rumahsakit….
‘cahaya berpendar dari lampu jalanan…’
Ketika menaiki tangga ke lantai 2 The Foundry No.8
samar-samar terdengar ‘Pilih Sidang Atau Berdamai –Morfem’, Jimi Cs dan raungan sound-nya mengingatkan
pada klip dengan nuansa figur mainan anak-anak sebagai ide kreatif nya yang
mungkin mengingatkan kita juga pada artwork cover album Nol Derajat & lagu
‘Psychic Girl’. Pada jeda sebelum ke lagu berikutnya sang frontman Morfem
menyempatkan sedikit bercerita tentang ketika ia di masa itu bertemu dengan
Gitaris Rumahsakit album ‘
self titled’
Dion, yang mengungkapkan telah menciptakan sebuah lagu berjudul Saturday Night
(suede bgt y?) lalu dengan spontan Jimi mencibir “… hah apaan tu, Katro banget
judul lagunya Saturday nait”, namun Jimi mengungkapkan rasa keren dan apresiasi
ketika judul lagu tersebut berubah menjadi '2000 miles' yang menjadi lagu yang
nikmat didengar. Ada juga bagian dimana Jimi bercerita ketika ia ingin membuat
sebuah lagu yang sangat indie-pop namun perawakan terlalu jauh dari kesan
indie-pop kawan-kawan morfem pun terlalu brutal untuk suatu takaran indie-pop,
walau pun urung namun terciptalah ‘ku tertidur di manapun’ yang mantap disenandungkan
dengan tuntas malam itu. Barisan penyimak di depan
stage nampak antusias ketika
bagian intro ‘kuning’ menggema, namun seketika dihentikan oleh Morfem???
layaknya lamunan adegan
forplay yang panas menggairahkan namun seketika
dibuyarkan oleh tamparan (suara snar drum).
Kurang lebih ketika waktu menunjukan pukul 10 malam, Formasi
Rumahsakit dengan lead vocal yang baru (Arief) berada di stage, tanpa prolog
yang kurang jelas, sedikit terdengar suara Sadam yang mengungkapkan rasa
canggungnya ada diatas stage karena kurang lebih sudah setahun beberapa bulan tidak
manggung, Arief masih sibuk membenahi gitar akustik yang entah bermasalah
dimananya, Marky sempat melantunkan kata-kata namun tak jelas terdengar. Nervous breakdown!, tanpa berkata banyak Rumahsakit langsung tancap gas memainkan sebuah nomor ‘Tak ada
yang selamanya’, yang pada bagian reff-nya terdengar lirik “pandanglah angkasa, awan kan bergerak….”
yang diteriakan Arief membuat lagu ini cukup bisa dinikmati secara lirik
keseluruhan dan musiknya juga. Selanjutnya pada nomor ‘Sandiwara semu’ disini mulai
bertanya-tanya dengan lirik yang seperti itu dan dengan nuansa musiknya juga.
Nomor demi nomor mereka mainkan ‘demi hari’, ‘wrong’, dan ‘shout out’ nampaknya Rumahsakit telah berusaha keras
memberikan nuansa musik yang bisa dinikmati pasien/pendengar indie-pop dan rinai hujan tepukan tangan pun cukup deras di akhir lagu-lagu baru tersebut, namun secara
sajian lirik pada nomor-nomor tersebut rumahsakit namapaknya memang ingin mencoba
sesuatu yang baru yang diluar perkiraan pendengar dengan resiko-resiko yang mungkin sudah dipikirkan akan
terjadi. Setelah memainkan nomor-nomor album
baru mereka, Marky sempat mengungkapkan kepada halayak “Kalian mau kita bawain
lagu baru atau lagu lama ni?”, khalayak seperti tak menggubris atau sedikit
yang berguman, namun mungkin pendengar sedang mencoba bersingkronisasi dan
mencerna seraya membiarkan lagu-lagu baru melantun, dan memang ini adalah
sebuah launching album baru dengan vokalis baru.
Pada saat memainkan lagu ‘beku’ dengan gitar akustiknya, Arief
terlihat begitu menikmati dan telah benar-benar menyatu sengan Rumahsakit. Di nomor
‘Bernyanyi Menunggu’ yang dinyanyikan bersama-sama dengan para pasien/pendengar
Rumahsakit menjadi penanda transisi antara album ‘+imeless’ dengan album ‘self titled’ & ‘nol derajat’ dan
'bernyanyi menunggu' memang selalu apik terdengar. Dan para pasien pun terdengar
bersenandung keras bersama-sama ketika nomor-nomor lama yang hits dimainkan
seperti ‘hilang’ dan ‘kuning’.
Ketika tiba saatnya nomor ‘3:56’ dimainkan, lagu
ini tak kalah sejajarnya dengan nomor-nomor lama, single ‘3:56’ memberikan
nyawa pada era +imeless, '3:56' juga berkarakter kuat secara sajian musik dan lirik, pun
‘3:56’ masih menunjukan kejeniusan Rumahsakit dalam bermusik. Menurut pendapat fanbase Blur Korea dan Jepang yang pernah saya review (lagu rumahsakit-'3:56') lagu ini terdengar bersih, jerenih, segar, ringan, renyah, sangat keren dan rekomended. Mereka bertanya lagu ini bercerita tentang apa?, dengan spontan saya menjawab "lagu ini tentang jalan-jalan begadang dari malem sampai pagi :D".
Nomor ‘Pop Kinetik’ yang dimainkan di akhir launching album
+imeless, menjadi semangat perjuangan rumahsakit dan ‘pasien’ untuk terus
berjalan bersama di scene indie, dan
sebagai sebuah soundtrack perjuangan band-band indie lokal lainnya dalam hal berkarya
dan melawan arus deras industri musik mainstream.
…
mungkin kita akan merindukan nuansa lead vocal dari Andri Lemes, nyawa sebuah
estetika dreampop/shoegaze… dan masih terngiang tagline ‘long live to you all
dreampoppers’. Absurd, antah berantah, dan abstrak…
nb: pada packaging rilisan CD +imeless, tulisan +timeless menyatu dengan plastik pembungkus CD, sehingga akan terpisah/terbuang dari packaging nya, dan hanya teks rumahsakit yang ada.... hmmmm entah apa maksud dari hal ini,
saran penyajian : dengarkan disaat- entah dari suatu perjalanan yang jauh (pulang kantor misalnya) dan setelah mencuci muka dengan air keran yang segar, setel album +imeless ini, tentunya menambah hikmat waktu rehat anda. '3:56' sangat tepat sebagai soundtrack ketika sedang begadang sampe pagi.