Rabu, 25 Maret 2015

+imeless / rumahsakit



Entah angin apa yang membawa rasa penasaran di balik bilik The Foundry N0.8 SCBD (24/3/15). ‘+timeless’, launching album rilisan Rumahsakit dengan lead vokal yang baru. Ternyata magnet dari single 3:56 yang begitu kuat membawa rasa penasaran itu. Single 3:56 dalam video clip-nya yang bisa dilihat di @_rumahsakit/youtube, nuansa perjalanan di dalam kota entah tujuannya kemana dari langit gelap hingga pagi menyapa, ada sajian grafis angka 0:00 berubah sesuai dengan detik dalam menit sampai akhir lagu dan penggalan-penggalan lirik cirikhas Rumahsakit…. ‘cahaya berpendar dari lampu jalanan…’

Ketika menaiki tangga ke lantai 2 The Foundry No.8 samar-samar terdengar ‘Pilih Sidang Atau Berdamai –Morfem’,  Jimi Cs dan raungan sound-nya mengingatkan pada klip dengan nuansa figur mainan anak-anak sebagai ide kreatif nya yang mungkin mengingatkan kita juga pada artwork cover album Nol Derajat & lagu ‘Psychic Girl’. Pada jeda sebelum ke lagu berikutnya sang frontman Morfem menyempatkan sedikit bercerita tentang ketika ia di masa itu bertemu dengan Gitaris Rumahsakit album ‘self titled’ Dion, yang mengungkapkan telah menciptakan sebuah lagu berjudul Saturday Night (suede bgt y?) lalu dengan spontan Jimi mencibir “… hah apaan tu, Katro banget judul lagunya Saturday nait”, namun Jimi mengungkapkan rasa keren dan apresiasi ketika judul lagu tersebut berubah menjadi '2000 miles' yang menjadi lagu yang nikmat didengar. Ada juga bagian dimana Jimi bercerita ketika ia ingin membuat sebuah lagu yang sangat indie-pop namun perawakan terlalu jauh dari kesan indie-pop kawan-kawan morfem pun terlalu brutal untuk suatu takaran indie-pop, walau pun urung namun terciptalah ‘ku tertidur di manapun’ yang mantap disenandungkan dengan tuntas malam itu. Barisan penyimak di depan stage nampak antusias ketika bagian intro ‘kuning’ menggema, namun seketika dihentikan oleh Morfem??? layaknya lamunan adegan forplay yang panas menggairahkan namun seketika dibuyarkan oleh tamparan (suara snar drum).




Kurang lebih ketika waktu menunjukan pukul 10 malam, Formasi Rumahsakit dengan lead vocal yang baru (Arief) berada di stage, tanpa prolog yang kurang jelas, sedikit terdengar suara Sadam yang mengungkapkan rasa canggungnya ada diatas stage karena kurang lebih sudah setahun beberapa bulan tidak manggung, Arief masih sibuk membenahi gitar akustik yang entah bermasalah dimananya, Marky sempat melantunkan kata-kata namun tak jelas terdengar.  Nervous breakdown!, tanpa berkata banyak Rumahsakit langsung tancap gas memainkan sebuah nomor ‘Tak ada yang selamanya’, yang pada bagian reff-nya terdengar lirik “pandanglah angkasa, awan kan bergerak….” yang diteriakan Arief membuat lagu ini cukup bisa dinikmati secara lirik keseluruhan dan musiknya juga. Selanjutnya pada nomor ‘Sandiwara semu’ disini mulai bertanya-tanya dengan lirik yang seperti itu dan dengan nuansa musiknya juga. Nomor demi nomor mereka mainkan ‘demi hari’, ‘wrong’, dan  ‘shout out’ nampaknya Rumahsakit telah berusaha keras memberikan nuansa musik yang bisa dinikmati pasien/pendengar indie-pop dan rinai hujan tepukan tangan pun cukup deras di akhir lagu-lagu baru tersebut, namun secara sajian lirik pada nomor-nomor tersebut rumahsakit namapaknya memang ingin mencoba sesuatu yang baru yang diluar perkiraan pendengar dengan resiko-resiko yang mungkin sudah dipikirkan akan terjadi. Setelah memainkan nomor-nomor album baru mereka, Marky sempat mengungkapkan kepada halayak “Kalian mau kita bawain lagu baru atau lagu lama ni?”, khalayak seperti tak menggubris atau sedikit yang berguman, namun mungkin pendengar sedang mencoba bersingkronisasi dan mencerna seraya membiarkan lagu-lagu baru melantun, dan memang ini adalah sebuah launching album baru dengan vokalis baru.

Pada saat memainkan lagu ‘beku’ dengan gitar akustiknya, Arief terlihat begitu menikmati dan telah benar-benar menyatu sengan Rumahsakit. Di nomor ‘Bernyanyi Menunggu’ yang dinyanyikan bersama-sama dengan para pasien/pendengar Rumahsakit menjadi penanda transisi antara album ‘+imeless’ dengan album ‘self titled’ & ‘nol derajat’ dan 'bernyanyi menunggu' memang selalu apik terdengar. Dan para pasien pun terdengar bersenandung keras bersama-sama ketika nomor-nomor lama yang hits dimainkan seperti ‘hilang’ dan ‘kuning’. 

Ketika tiba saatnya nomor ‘3:56’ dimainkan, lagu ini tak kalah sejajarnya dengan nomor-nomor lama, single ‘3:56’ memberikan nyawa pada era +imeless, '3:56' juga berkarakter kuat secara sajian musik dan lirik, pun ‘3:56’ masih menunjukan kejeniusan Rumahsakit dalam bermusik. Menurut pendapat fanbase Blur Korea dan Jepang yang pernah saya review (lagu rumahsakit-'3:56') lagu ini terdengar bersih, jerenih, segar, ringan, renyah, sangat keren dan rekomended. Mereka bertanya lagu ini bercerita tentang apa?, dengan spontan saya menjawab "lagu ini tentang jalan-jalan begadang dari malem sampai pagi :D".




Nomor ‘Pop Kinetik’ yang dimainkan di akhir launching album +imeless, menjadi semangat perjuangan rumahsakit dan ‘pasien’ untuk terus berjalan bersama di scene indie, dan sebagai sebuah soundtrack perjuangan band-band indie lokal lainnya dalam hal berkarya dan melawan arus deras industri musik mainstream


mungkin kita akan merindukan nuansa lead vocal dari Andri Lemes, nyawa sebuah estetika dreampop/shoegaze… dan masih terngiang tagline ‘long live to you all dreampoppers’. Absurd, antah berantah, dan abstrak…


nb: pada packaging rilisan CD +imeless, tulisan +timeless menyatu dengan plastik pembungkus CD, sehingga akan terpisah/terbuang dari packaging nya, dan hanya teks rumahsakit yang ada.... hmmmm entah apa maksud dari hal ini,
saran penyajian : dengarkan disaat- entah dari suatu perjalanan yang jauh (pulang kantor misalnya) dan setelah mencuci muka dengan air keran yang segar, setel album +imeless ini, tentunya menambah hikmat waktu rehat anda. '3:56' sangat tepat sebagai soundtrack ketika sedang begadang sampe pagi.